Pemerintah Kota Bogor berencana mengubah rute kendaraan yang melintas di sekitar Kebun Raya Bogor. Rute akan menjadi satu jalur searah jarum jam.
Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, memberlakukan satu jalur di lingkar Istana Bogor, awal Januari 2016 mendatang, mendapat reaksi dari Organda Kota Bogor. Apabila diberlakukan satu jalur di lingkar Istana Bogor (Istagor) dan Kebun Raya Bogor, sedikitnya 10 trayek angkutan Kota, terkena dampak perubahan trayek.
"Iya nantinya memang akan dibuat seperti itu," kata Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor, Achsin Prasetyo.
"Setelah semua angkutan sudah berbadan hukum," lanjut Achsin Prasetyo
Nantinya, kata dia, kendaraan dari arah Jalan Pajajaran akan dibelokan ke Jalan Otista, baru tembus ke Jalan Djuanda. Achsin Prasetyo menegaskan, perubahan rute kendaraan menjadi satu arah itu, harus melalui berbagai kajian teknis.
Nantinya, kata dia, kendaraan dari arah Jalan Pajajaran akan dibelokan ke Jalan Otista, baru tembus ke Jalan Djuanda. Achsin Prasetyo menegaskan, perubahan rute kendaraan menjadi satu arah itu, harus melalui berbagai kajian teknis.
"Perubahan rute itu berdampak pada perubahan rute angkutan kota. Inilah yang terus kami kaji," ujarnya.
Salah satu kajiannya, yakni dengan rerouting angkot dan konversi angkot menjadi bus transpakuan.
Nah, untuk bisa melakukan perubahan rute termasuk rerouting dan konversi angkot, semua angkutan kota di Bogor harus sudah berbadan hukum.
"Agar pengaturan reroutingnya lebih mudah, kalau semuanya sudah berbadan hukum," katanya.
Awal Oktober lalu, sejumlah pemilik angkot melakukan aksi demo menolak angkot berbadan hukum tersebut.
Penerapan sistem one way atau satu arah di Jalur Lingkar Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor (KRB) dinilai akan memicu masifnya penggunaan jalan alternatif. Musababnya, daripada memutar jauh, pengendara akan memilih jalur tikus.
Penerapan sistem one way atau satu arah di Jalur Lingkar Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor (KRB) dinilai akan memicu masifnya penggunaan jalan alternatif. Musababnya, daripada memutar jauh, pengendara akan memilih jalur tikus.
Hal itu diungkapkan pengamat transportasi Budi Arif. Dia mengungkapkan, konsekuensi penerapan sistem satu arah akan berujung pada meningkatnya penggunaan jalur alternatif.
Pengendara akan memilih jalur alternatif dari Jalan Sudirman menuju Plaza Balaikota dan kantor-kantor lain yang ada di Jalan Juanda.
“Kemacetan akan pindah tempat, kemacetan akan pindah ke jalur-jalur alternatif seperti Jalan Pengadilan, Kapten Muslihat, Mayor Oking, Paledang, dan sekitar Pasar Anyar,” jelasnya.
Budi memberikan alasan, pengendara yang berkantor atau aktivitasnya di Jalan Juanda di sekitaran SMP dan SMA 1 Bogor dan Bank Mandiri, tidak akan mau memilih mengikuti Jalan Jalak Harupat-Jalan Pajajaran-Tugu Kujang-Otista-BTM- Jalan Juanda.
Mereka pasti akan lebih memilih jalurjalur alternatif yang lebih dekat dari Jalan Sudirman.
“Aksebilitas tidak bagus juga akan menjadi efek negatif kalau satu arah. Misalnya, ada seorang pegawai yang ketinggalan kunci di salah satu kantor di Jalan Juanda, tak mungkin dia mengikuti rute satu arah kalau memu
Namun Dosen Teknik Universitas Pakuan ini mengatakan, jika pemkot ingin mencoba sistem satu arah, ya dilakukan saja. Bisa saja uji coba dilakukan selama sebulan dan dilakukan evaluasi setiap hari apakah rekayasa lalu lintas satu arah ampuh atau tidak mengurai kemacetan di Kota Bogor.
“Yang perlu dilakukan itu kajian mendalam apa sebenarnya penyebab macet di Kota Bogor. Kalau saya melihat setiap hari, yang bikin macet itu ya angkot yang ngetem sembarangan. Kan bisa kita lihat di depan Mal BTM itu,” jelasnya.
Sementara, Ketua Tim Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan (TP4) Kota Bogor Yayat Supriyatna mengatakan, sistem satu arah merupakan program Kota Bogor tahun 2015 yang seharusnya sudah diterapkan November lalu.
“Kendalanya tanya sama kadis DLLAJ. Kadis DLLAJ yang paling bertanggung jawab. Rekomendasi dari TP4 sudah lama supaya program ini dijalankan,” jelasnya.
Yayat menjelaskan, kajian ilmiah sistem satu arah sudah lengkap dan hanya beberapa hal saja yang mengganjal, salah satunya masalah penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di beberapa jalur yang belum bisa diselesaikan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor.
Terkait perubahan rute angkot, kata dia, tidak banyak terjadi. Hanya rute angkot 02 dan 03 yang memutar sedikit. Selain itu, ada beberapa rambu lalu lintas yang harus dibongkar, salah satunya posisi lampu merah.
Namun dengan sistem anyar tersebut, Yayat optimis tidak akan ada lagi penumpang yang turun sembarangan di seputar Istana Bogor dari sisi Jalan Juanda.
Sebab halte akan dibangun pada sisi kiri arah BTM dan akan dibuatkan pedestrian. Sistem ini juga akan memudahkan warga menikmati Istana Bogor.
“Sistem satu arah tidak akan bisa mengurai kemacetan secara menyeluruh. Tapi akan membuat Jalan Juanda sangat lebar, dan akan kita buatkan jalur jalan untuk pesepeda. Selain itu, sistem ini juga akan menghilangkan penumpukan kendaraan di persimpangan,” jelasnya.
“Sebaiknya Pemkot Bogor, melakukan sosialisasi dulu terhadap supir angkot maupun masyarakat”, tegas Ketua Organda Kota Bogor, M. Ischak AR ketika dimintai tanggapannya oleh awak media terkait rencana satu jalur di lingkar Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor, Senin (7/12/2015).
Jalur trayek angkot yang akan berdampak apabila diberlakukan satu arah, adalah trayek 01, 02, 05, 06, 08, 23 , 11 dan trayek 10. “Hampir separuh trayek angkot di Kota Bogor terkena perubahan jalur”, Ujarnya.
Menurutnya , Organda saat ini, masih terfokus dengan program peralihan dari perorangan ke Badan hukum dalam kepemilikan angkutan Kota. Jangan sampai program transportasi di Kota Bogor seakan tidak tuntas . “fokus aja dulu terhadap proses peralihan badan hukum secara bertahap, apabila dipaksakan semua, dampaknya akan meluas, “ Ujar Ishak.
Secara tegas M.Ischak menilai dengan seringnya Presiden RI Joko Widodo, berkantor di Istana Bogor, tidak harus jalur lalulintas seakan dirubah –rubah. Justru seharusnya, dapat memberikan dampak positip dan kemudahan terhadap denyut kehidupan disekitar Istana termasuk transportasi angkotan kota.
Hal senada juga dilontarkan Andi Mapatoto, mahasiswa Unpak Bogor. Menurut Andi Pemkot Bogor seharusnya memberi kemudahan pelayanan terhadap warga Kota Bogorbukan sebaliknya membuat susah warganya, lantaran Pak Jokowi ada di Bogor.” jangan gara-gara ada Presiden, jalur angkot dirubah dan akan memindahkan kemacetan di beberapa titik “, kata Andi.
Ketua Organda M Ishak mengakui sempat mengikuti rapat-rapat di Pemkot Bogor, terkait rencana Perubahan jalur di sekitar Istana dan Kebun Raya Bogor. Namun menurutnya sifatnya masih terbatas, belum adanya rencana sosialisasi terhadap anggotanya yang sebagian besar para supir angkot.
Apabila perubahan jalur itu dilakukan dengan terburu-buru, tidak menutup kemungkinan akan memindahkan kemacetan ke sejumlah titik-titik jalur alternatif. “ bisa akan lebih parah kemacetan di Jantung Kota Bogor”, tegas M.Ishak. Disisi lain, masyarakat pun baik kendaraan pribadi maupun calon penumpang angkot , akan lebih lama menempuh perjalanan karena harus berputar-putar melalui jalur-jalur alternatip.
Ketua Organda M.Ishak sangat berharap Pemkot Kota Bogor, sebaiknya menunda dulu uji coba satu jalur di sekitar Istana dan Kebun Raya Bogor dan mendukung program peralihan kepemilikan angkot dari perorangan ke badan hukum.” Sebaiknya dilakukan secara bertahap sehingga tidak terkesan terburu-buru”, pinta Ishak.
Sementara Pemkot Bogor, akan merealisasikan grand Design penataan kawasan Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor. Penataan kawasan itu, menurut juru bicara Pemkot Bogor Encep Ali Alhamidi, meliputi jalur Pedestrian, perubahan satu jalur arah menjadi searah jarum jam mengitari KRB. Perubahan maupun rekayasa lalulintas itu, berdampak terhadap rute angkot ,revitalisasi Pasar Bogor dan penataan kawasan Otista.
Sumber :
http://bogor.tribunnews.com
http://www.fokusbogor.com